1 MODUL 3 KB 1 : UNSUR, JENIS DAN TEKNIK TARI A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Selamat pagi, pada modul sebelumnya Anda telah belajar tentang Seni Musik . Nah, sekarang perhatikan baik-baik modul berikut ini, yaitu tentang seni tari. Aneka ragam tari yang tumbuh dan berkembang di suatu masyarakat, merupakan hasil kreasi manusia untuk mengungkapkan kehendaknya, harapannya, pikirannya, perasaannya, pengalamannya kepada orang lain melalui bahasa gerak. Oleh karena itu tari menjadi objek yang penting untuk diapresiasi. Pada pertemuan kali ini, akan dibahas mengenai jenis, unsur, dan teknik tari. Manfaatnya jika anda menguasai materi ini. Anda akan dapat menjadi seorang pendidik yang mengetahui dan memahami jenis, unsur, dan teknik tari, serta mampu membimbing anak mengapresiasi tari, mampu menumbuhkan daya cipta melalui tari, serta dapat menumbuhkan sikap kreatif bagi anak didik Anda. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan, mengerjakan tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 1 ini. 2. Relevansi Mempelajari materi pada KB 1 ini diharapkan siswa tidak hanya menguasai secara tekstual tentang jenis, unsur dan teknik tari namun melalui pembelajarannya guru memiliki kemampuan dasar dalam berkreasi dan berapresiasi karya tari secara komprehensif. Selain itu mampu mengembangkan pembelajarannya dengan materi yang ada pada KB 1 ini. 3. Petunjuk Belajar 2 Pembahasan pertama difokuskan kepada jenis, unsur, dan teknik tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan simaklah baik-baik : Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mohon perhatikan hal-hal berikut ini : a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benarbenar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam modul ini; b. Pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya; c. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti; d. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia dalam setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak melihat kunci jawaban; dan e. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya. SELAMAT BELAJAR.
B. Inti
1. Capaian pembelajaran mata kuliah Setelah mempelajari kegiatan belajar
1, peserta akan mampu menganalisis unsur, teknik tari dan pembelajarannya
2. Sub capaian pembelajaran mata kuliah Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta akan mampu : a. Menganalisis unsur tari dan pembelajarannya
b. Menganalisis jenis tari dan pembelajarannya 3
c. Menganalisis teknik tari dan pembelajarannya
3. Pokok-pokok materi
a. Unsur utama dan pendukung tari dan pembelajarannya
b. Jenis tari dan pembelajarannya
c. Teknik tari dan pembelajarannya Pembahasan pertama pada KB 3 difokuskan kepada unsur utama dan pendukung tari serta bagaimana pembelajarannya, jenis dan teknik tari. Materi ini akan membantu anda dalam membelajarkan kepada anak didik tentang unsur, jenis dan teknik tari. Selanjutnya untuk mempermudah anda dalam belajar, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benarbenar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam modul ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti.
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia dalam setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.
4. Uraian Materi
a. Unsur Tari 4 Terdapat 2 unsur penting di dalam tari, yaitu unsur utama dan unsur pendukung. Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah iringan tari, rias dan busana tari, tata pentas, tata cahaya dan tata suara, serta tema dalam tari.
1) Unsur Utama Tari Unsur tari terdiri dari unsur utama dan unsur pendukung. Unsur utama dalam tari adalah gerak. Gerak dalam tari gerak terdiri dari aspek:
a) Ruang, yang dapat dimaknai sebagai ruang untuk menari ataupun ruang yang dapat dibentuk oleh tubuh penari. Aspek ruang terbagi lagi menjadi:
(1) Volume gerak, yang terbentuk dari luas, sedang, dan sempitnya ruang yang dibentuk oleh tubuh penari. Tarian yang memiliki karakterisasi berbeda akan mengekspresikan penggunaan volume gerak yang berbeda. Tokoh Rahwana akan menampilkan kecenderungan volume gerak yang luas, sedangkan tokoh Pamindo yang berkarakter lincah akan menampilkan kecenderungan volume gerak dengan volume gerak sedang luasnya. (Foto A) Tari Topeng Rahwana ( Foto B) Tari Topeng Pamindo Perbedaan volume gerak pada tokoh Rahwana dan Pamindo Sumber :https://www.google.com/search?q=foto+gerak+tari+topeng+pamindo&safe=strict
(2) Level, yakni tinggi, sedang dan rendahnya sikap penari. Level dalam gerak tari dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Dalam gerak tari, level tinggi menunjuk pada gerakangerakan yang mengarah ke garis vertikal, contohnya gerak 5 melompat, menjinjitkan kaki, tangan cenderung mengarah ke atas. Sedangkan yang tergolong dalam gerak yang berlevel sedang menunjuk pada posisi penari yang bergerak dalam posisi berdiri secara lurus di atas pentas. Level rendah merupakan gerak yang dilakukan oleh penari dalam posisi yang rendah seperti merunduk, duduk, atau bahkan berguling di lantai pentas
Gambar 1.10 Tari dengan Level Tinggi. (Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerak-padatari-level.html)
Gambar 1.11 Tari dengan Level Sedang. (Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerak-padatari-level.html) Gambar 1.12 Tari dengan Level Rendah.
6 (Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerakpada-tari-level.html)
(3) Pola lantai, yakni lintasan yang dibentuk saat penari melakukan gerak. Dapat ditunjukan dengan arah hadap, arah gerak seperti berputar, berpindah tempat (ke kiri-ke kanan, maju ataupun mundur).
b) Tenaga, yakni intensitas tenaga yang disalurkan melalui gerak tertentu (kuat, sedang, dan lemah).
c) Waktu, berhubungan dengan rasa ritmis gerak (tempo, ritme, dll).
Unsur utama tari adalah gerak. Gerakan manusia berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gerak bekerja, gerak bermain dan gerak berkesenian (Amir Rochiatmo,1986). Gerak bekerja merupakan gerak yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, sebagai contoh misalnya gerak menanam padi, memetik buah, mencuci, memulung, dan sebagainya. Gerak bermain, yaitu gerak yang dilakukan untuk kepentingan mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan gerak sehari-hari yang didalamnya sering dipandang kurang berfaedah. Di dalam gerak bermain, jika melibatkan orang lain, fungsinya untuk menguatkan kesenangan bagi pelakuknya. Gerak berkesenian, gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Sehubungan dengan gerak dalam tari, Thraves dan Wiiliamson (1993:1) menyatakan bahwa “These movement, necessary for living can be extended by reguler practice into another dimension. They can become a dance”. Dalam hal ini Thraves dan Williamson ingin menegaskan bahwa pada dasarnya tari berasal dari gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan menjadi suatu tarian. Sesuai dengan pendapat tersebut, John Martin (1989: 8) menyatakan bahwa materi dasar dari tari adalah gerak. Membedakan gerak tari dengan gerak lainnya maka dapat ditinjau dari beberapa fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Menurut fungsinya, gerak pada dasarnya dapat dibedakan antara gerak keseharian, gerak olah raga, gerak bermain, gerak bekerja dan gerak dalam berkesenian. Tari termasuk ke dalam gerak berkesenian, menurut Murgianto (1986: 22-23), 7 gerak dalam kesenian termasuk gerak menari merupakan gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapat tanggapan orang lain. Rusliana (1984: 6) menegaskan pula, dalam tari bukan merupakan gerak keseharian, melainkan ungkapan sikap dan gerak yang telah mengalami proses atau paduan dari sensabilitas, imajinatif, intelektualitas serta atas kesadaran nilai-nilai estetis. Demikian pula Soedarsono (1997 81-82) yang mengatakan bahwa gerak tari adalah gerak yang telah mengalami perombakan melalui proses distorsi atau stilasi sehingga menjadi suatu gerakan yang indah dan mampu menyentuh perasaan manusia. Menggiring pendapat tersebut, maka tari mempunyai substansi dasar gerak. Gerak memiliki ruang, tenaga dan waktu sehingga menjadi bermakna dan dapat dikomunikasikan melalui simbol-simbolnya.
Contoh: Gambar 1.7 Gerak Tari Etis Megasari. (sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+kontemporer) GAmbar 1.8 Gerak tari. (Sumber: Dokumentasi Dinny, 2014) 8 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerak secara umum terbagi menjadi dua yaitu:
1) gerak keseharian atau gerak yang dilakukan sehari-hari tanpa memiliki unsur ruang, waktu dan tenaga, dan
2) gerak yang berirama, memiliki aturan dan berekspresi yang disebut dengan gerak tari. Gerak pada tari memiliki pesan, tujuan atau makna yang ingin disampikan kepada penontonnya, namun apakah semua gerak tari memiliki makna? Gerak dalam tari terbagi menjadi:
1) gerak maknawi (gesture) yaitu gerak yang memiliki arti seperti gerak kupu-kupu terbang, gerak nelayan menjala ikan, gerak petani mencangkul, dan
2) gerak murni (gerak yang tidak memiliki makna). yaitu gerak yang diciptakan hanya untuk keindahannya saja, misalnya gerak-gerak yang terdapat dalam tari jaipongan dan gerakan yang dilakukan oleh para penari latar dan sebagainya. Contoh: Gambar 1.9 Gerak murni. (Sumber: https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+jaipongan) Jika Anda telah paham tentang gerak sebagai elemen utama dalam dari tari, marilah kita lihat kembali deskripsi gerak dalam tari, bahwaa gerak dalam tari adalah gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni dan merupakan eksprasi jiwa manusia. Ada dua macam gerak di dalam tari, yaitu: 1) Gerak murni (pure movement), yaitu gerak yang diciptakan hanya untuk keindahannya saja, contohnya gerak-gerak dalam tari jaipongan, gerak sabetan (dalam tari Jawa), dan sebagainya.
2) Gerak maknawi (gesture), yaitu gerak yang mengandung arti, misalnya gerak menanam padi, burung terbang, ulapulap (dalam tari Jawa), gerak bermain, dan sebagainya.
9 Terdapat 2 fungsi gerak dalam tari yaitu: a) fungsi internal yaitu gerak gerak yang mempunyai makna bagi diri penari. Hal ini dapat dilihat dari fungsi gerakan tubuh bagi si penari, misalnya sebagai sarana ekspresi dalam mengungkapkan kegembiraan atau kesenangan, seperti berbagai macam tarian spontanitas pergaulan yang semata-mata sebagai partisipasi dalam kelompoknya. Bahkan ada pendapat tari dapat bermula dari cara-cara yang biasa dipakai manuasia untuk mengungkapkan emosi gerak keseharian. Anak kecil bersenang-senang dengan ungkapan emosi gerak menari-nari, seseorang tiba-tiba takjub mendengar berita yang menghebohkan,dan sebagainya. Selain sebagai ungkapan kesenangan, fungsi gerakan dalam tari juga sebagai upaya terapi, yaitu sebagai sejenis penyembuhan untuk membantu dirinya agar memiliki kemampuan yang mendorong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah di dalam kehidupannya, serta membantu seseorang untuk berkreasi dan berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Gerak tari sebagai bagian dari terapi tidak ditonjolkan sebagai “seni Pertunjukan” yang dapat dinikmati atau ditonton, tetapi lebih mementingkan arti terapi atau usaha membantu penyembuhan (Hadi, 2005); b) Fungsi eksternal, yaitu gerak tari yang dikategorikan sebagai peniruan dan ssimbol. Gerak tari peniruan sebagai ungkapan ekspresi orang/penari terhadap lingkungannya. Sebagai contoh misalnya, dalam tari berburu dari Papua, gerakannya menirukan binatang yang akan diburu, tari Merak gerakan-gerakanntya merirukan keindahan bulu dan kelincahan perilaku burung merak. 2) Unsur Pendukung Tari a) Iringan Tari Iringan di dalam tari memegang peranan penting, tari dan iringan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu dorongan atau naluri ritmis. Seperti yang diungkapkan Humphrey (1964: 132) bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran musik sebagai pendampingnya. Keterikatan tari dengan musik dinyatakan Doubler (1985: 156) dalam kutipan “sebagai dorongan dinamik susunan 10 ritmisnya, di samping kualitas-kualitas melodik dan harmonisnya, musik adalah suatu yang terpenting dari semua partner tari”. Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi unsur ritme sebagai dasar penggerak kerjasama antar tari dan musik. Musik dalam tari dapat memberikan keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang hidup. Keselarasan mengandung maksud antara jiwa dan melodi lagu dengan jiwa gerak-gerak tari yang diiringinya selaras, sehingga penonton merasakan keindahan atau kecocokan musikal melalui pendengaran. Keserasian mengandung maksud kecocokan antara musik iringan dengan gerak tari melalui indera penglihatan penonton dan penggarap seni itu sendiri, sedangkan keseimbangan mengandung maksud kecocokan rasa musikalitas dengan yang diiringinya yaitu tari (Jazuli, 2008: 10). Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai jiwa atau roh dalam pengungkapannya. Dengan demikian, tari artinya ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak, memiliki makna dan nilai estetis, sehingga dapat menggugah penonton. Fungsi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin disampaikan dalam tari, sehingga ada iringan tari yang berfungsi sebagai pengiring tari, pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari sebagai pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah berkembang, seperti tari Gambyong, tari Merak, tari Topeng Blantek, tari Pakarena, tari Yospan, tari Serampang Dua Belas, dan tari lainnya. Fungsi tari sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu, misalnya tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat sedemikian rupa agar penonton memiliki perasaan yang mendukung terhadap tema tersebut. Sedangkan fungsi iringan tari sebagai ilustrasi, biasanya dapat dilihat pada penari-penari latar, di mana gerak tarinya terkadang mengikuti iringan 11 tari yang didengar atau dapat bertolak belakang tidak sesuai dengan iringan tari yang sering disebut dengan off beat. Ritme atau irama dalam iringan tari merupakan pengulangan bunyi menurut pola tertentu dalam sebuah lagu. Misalnya lagu Sirih Kuning yang dijadikan tari Cokek pada Tari Betawi terdapat gerak yang mengikuti pengulangan pola irama. Biasanya irama keluar dari perasaan seseorang sehubungan dengan apa yang dirasakan dan diekspresikan ke dalam gerak tari. b) Rias dan Busana Tari (1) Tata Rias Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Pada dasarnya, tata rias bukan sesuatu yang asing bagi semua orang, khususnya kaum wanita sebab tata rias merupakan aspek untuk mendukung penampilan dan telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Rias di dalam tari bukan sekadar bertujuan untuk menjadikan penari menjadi cantik atau ganteng. Tata rias tari mempunyai beberapa fungsi yang benar-benar membantu pertunjukan karya tari menjadi lebih baik. Fungsi Tata Rias : • Menyempurnakan penampilan wajah. Tata Rias bisa menyempurnakan kekurangan pada tampilan penari. Penyempurnaan wajah dilakukan pada penari yang tidak sesuai dengan karakter tari yang di bawakan. • Membantu menunjukkan perwatakan atau karakter penari. Tata rias berfungsi melukiskan watak tarian dengan mengubah tampilan wajah penari menyangkut aspek usia, ras, bentuk wajah. • Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari diatas panggung, karena tampilan penari tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh karena itu dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi wajah penari. • Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerakgerak tari. Fungsi garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga 12 menambahkan sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain. • Memberi nilai tambah keindahan karya tari. Dengan tata rias yang baik tentunya akan menambah keindahan karya tari yang ditampilkan. Anda dapat membayangkan apa jadinya jika sebuah tarian disajikan tanpa didukung dengan tata rias. Agar tata rias tari dapat menunjang pertunjukan tari, maka dalam penataan rias penari perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. • Rias Hendaknya mencerminkan karakter tokoh/peran. • Kerapian dan kebersihan rias perlu diperhatikan. • Jelas garis-garis yang dikehendaki. • Ketepatan pemakaian desain rias. Tata rias dan tata busana berupakan unsur penunjang sajian tari yang juga dianggap penting, karena fungsi tata rias adalah merubah karakter pribadi ke dalam karakter tarian yang dibawakan, demikian pula dengan tata busananya. Pada awalnya busana yang dikenakan oleh penari adalah pakaian sehari-hari, pada perkembangannya, busana dalam tari dirancang berdasarkan kebutuhan penyajian tari dan sesuai dengan budaya masyarakat pendukungnya. (2) Busana Tari Tata busana tari merupakan unsur pendukung yang menentukan keindahan, pemaknaan pada tari itu sendiri serta dapat menentukan karakter tari yang dibwakan penari. Pada prinsipnya, busana tari harus enak dipakai, enak dipandang, dan tidak mengganggu gerak penari. Unsur pendukung dalam bentuk kostum atau busana tari ini biasanya memiliki filosofi dan menggambarkan isi dari tari. Hal ini dapat dilihat dari warna kostum yang digunakan, karena warna memiliki arti tersendiri seperti warna kuning yang berarti keagungan, warna putih kesucian, dan seterus. Pada tari tradisi kerakyatan biasanya warna-warna menyolok sering digunakan, dan pada tari klasik lebih banyak menggunakan warna keemasn, perak, dan merah. 13 Warna pada kostum memiliki simbol-simbol tersendiri, begitu juga ornamen yang terdapat dalam kostum, dan kekhasan atau ciri daerah yang sering dijumpai pada tari-tari rakyat. Kostum tidak semata-mata digunakan hanya untuk keindahan tetapi juga memiliki fungsi yang mendukung terhadap karakter tari. Fungsi Tata Busana : • Memperjelas tema tari. Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala, mahkota, dan lain-lain. Tata busana untuk keperluan pementasan tari biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya. • Membantu menghidupkan karakter dan peran penari. Artinya busana yang dikenakan penari sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya. Bahkan tata busana dapat menunjukkan hubungan psikologisnya penari dengan tarianya. • Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari. Artinya penari harus dapat membawakan tari tanpa terganggu oleh busananya. Busana tidak harus dapat memberi bantuan kepada penari tetapi busana harus sanggup menambah efek visual gerak, menambah indah dan menyenangkan dilihat disetiap posisi yang diambil penari. • Memberikan nilai tambah pada segi estetika dan etika. Tarian yang dibawakan dengan tata busana yang baik tentunya akan lebih indah dan menarik untuk disaksikan (Sumber: http://www.mikirbae.com/2016/03/unsur-unsur-pendukung-dalamtari.html) Pada penyajian tari akan lebih menarik untuk disaksikan apabila didukung oleh tata busana yang baik. Oleh karena itu di dalam penataan dan penggunaan busana tari hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal hal sebagai berikut: • Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton 14 • Penggunaan busana selalu mempertimbangkan isi/tema sehingga dapat menghadirkan suatu kesatuan antara tari dan tata busana • Penataan busana hendaknya dapat merangsang imajinasi penonton • Desain busana harus memperhatikan gerak tari, agar tidak mengganggu penari saat bergerak. • Busana sebaiknya dapat memberi gambaran atau karaktertari kepada penarinya. • Keharmonisan dalam pemilihan atau perpaduan warna busana harus diperhatikan. Gambar 1.18 Contoh Busana Tari. (Sumber : https://berbol.co.id/tarian-betawi/) (3) Tata Pentas Apapun bentuknya, suatu pertunjukan selalu memerlukan ruangan guna menyelenggarakan. Ruangan tempat pertunjukan dengan sebutan pentas, dapat berupa lapangan, pendapa, halaman pura atau gedung pertunjukan yang sering disebut dengan stage, yang disebut dengan pentas tertutup. Pertunjukan tari tradisional di lingkungan rakyat biasanya dipentaskan di lapangan terbuka, seperti bentuk pertunjukan reog Ponorogo, Jathilan, tari-tarian di daerah pedalaman Kalimantan, Sulawesi, Papua dan sebagainya. Sedangkan di kalangan istana di jawa biasanya tari dipertunjukkan di pendapa yaitu suatu bangunan yang berbentuk joglo yang 15 mempunyai 4 tiang penyangga atau saka guru. Pada tempat pertunjukan seperti ini biasanya penonton dapat menyaksikan pertunjukan dari berbagai arah. Sedangkan tari yang dipentaskan di gedung pertunjukan hanya dapat dilihat dari satu arah penonton saja, misalnya di aula sekolah, dan sebagainya. Gambar 1.19 Contoh Gedung Pertunjukan. (Sumber : http://www.kuratorial.dkj.or.id/spesifikasi-ruang/gedung-kesenianjakarta/) GAmbar 1.20 Contoh Panggung Arena / Pendapa (Sumber : https://twitter.com/kratonjogja/status/1060533925871738880?lang=el) (4) Tata Cahaya dan Tata Suara Jika kita menyaksikan suatu pertunjukan tari, maka unsur tata cahaya dan tata suara akan selalu dibutuhkan, karena tata cahaya merupakan salah satu pendukung sebuah tarian yang harus ada. Tata cahaya dapat berupa cahaya yang berasal dari alam, misalnya siang hari dengan memanfaatkan cahaya matahari seperti yang sering kita lihat pada tari-tari kerakyatan yang ditarikan di siang hari, pertunjukkan Sendratari Ramayana di Prambanan yang memanfatkan cahaya bulan purnama sebagai pendukung suasana pertunjukan. Tata cahaya juga dapat dihasilkan dari alat baik yang tradisional seperti obor, api unggun dan 16 sebagainya, maupun modern yaitu dari cahaya lampu listrik. Sedangkan tata suara adalah pendukung pertunjukan yang berfungsi untuk membantu memperbesar suara music iringan tari. gambar 1.21 Contoh Penggunaan Tata Cahaya dalam Pertunjukan. (Sumber : http://kosim-karawang.blogspot.com/2012/12/dasar-teknikpencahayaan-panggung.html) (5) Tema dalam Tari Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar, yang biasanya diungkapan dalam sebuah tarian, namun demikian ada pula tarian yang tidak mempunyai tema. Suatu tarian yang bertema jika gerak-gerak yang ditata mempunyai keterkaitan dengan tema yang ingin disampaikan oleh penari pada penonton. Sumber tema yang dapat dijadikan karya tari, antara lain: pengalaman hidup, kehidupan binatang, kejadian sehari-hari, cerita rakyat, legenda, sejarah, upacara tradisional, karya sastra, permainan, dan sebagainya. Suatu tarian dikategorikan tidak bertema jika gerak yang ditata semata-mata hanya merupakan ungkapan emosional pribadi dan tidak memiliki tema, bahkan cenderung pada gerak-gerak yang eksploratif. Pembahasan ketiga merupakan teknik-teknik tari yang ada pada Tari Tradisional dan Tari Non Tradisional. Di sini akan dijelaskan beberapa Teknik dari Tari Tradisional dan Tari Non Tradisional. Materi ini akan membantu 17 Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang teknik-teknik yang ada di dalam tari, baik Tari Tradisional maupun Tari Non Tradisional. Unsur Tari dan Pembelajarannya Dalam pembelajarannya guru dapat melaksanakan PBM yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, siswa diarahkan untuk memahami unsur utama dan pendukung dengan proses kegiatan melalui pendekatan sainttifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan). Misalnya untuk membedakan gerak maknawi dan gerak murni siswa bisa diarahkan untuk berkreasi dengan mengeksplorasi dari gerak murni atau keseharian menjadi gerak yang diperindah dan ritmis (gerak tari). misalnya dari gerak menyapu dikembangkan menjadi gerak tari yang indah dan ritmis yang diolah dari segi ruang, tenaga dan waktu. Mengenalkan dan menyadarkan anak tentang gerak dengan aspek-aspeknya bukanlah hal sulit. Karena pada dasarnya ketika anak dapat mengkomunikasikan tubuhnya dengan ekspresi tertentu, sesungguhnya aspek-aspek tersebut telah ada namun penyadaran terhadap hal tersebut jarang dilakukan oleh guru. Di bawah ini adalah beberapa contoh aplikasi bagaimana membina sensitivitas anak terhadap aspek-aspek gerak yang mereka lakukan, atau bagaimana menyadarkan mereka bahwa tubuh mereka dapat menjadi alat komunikasi untuk gerak tertentu, yang tentu saja gerak yang mereka sadari. Berikut contoh pembelajaran untuk mengenalkan unsur utama tari: 1. Mengenalkan rasa ruang gerak (volume dan level) pada siswa dengan menyadarkan volume gerak, yakni mengajak siswa untuk melihat alam sekitar dengan mengidentifikasi berbagai benda berbeda ukurannya. Misal Papan tulis memiliki lebar dan tinggi yang paling besar ukurannya dibandingkan meja (sedang) dan pnghapus (kecil). Ketiga ukuran tersebut kemudian diekspresikan melalui gerak seluruh anggota tubuh. Misalnya, diekspresikan melalui anggota tubuh (tangan, kaki, dan kepala). Level dapat dibedakan dengan level rendah untuk penghapus, level sedang untuk meja, dan level tinggi untuk papan tulis. 18 Siswa dapat mengembangkan gerak maknawi tertentu dengan mengaplikasikannya pada beragam aspek gerak yang sudah dikenalkan. Misalnya pada hasil eksplorasi gerak menombak pada tari papua dilakukan dengan level tinggi, sedang dan rendah, ataupun dengan penggunaan volume gerak yang luas, sedang dan sempit. Pola lantai dapat diperkenalkan dengan bergerak maju-mundur, ke kiri-kanan, berputar, lurus, zig-zag, meliuk-liuk, dll. Tarian akan indah apabila penari bisa menguasai pola lantai. Tidak hanya melulu berada di tengah panggung tapi juga bergerak kesana kemari sehingga tidak membuat penonton bosan karena monoton. Hal ini juga sangat penting untuk tarian yang dibawakan oleh banyak penari supaya antar penari tidak saling bertabrakan sehingga gerakan yang ditampilakan dapat selaras, kompak, dan teratur. 2. Mengenalkan pola lantai dengan proses pembelajaran HOTS. menstimulus mahasiswa untuk mendesain sendiri tentang arah hadap dan arah gerak yang membentuk desain pola lantai, dan meminta mereka untuk mengaplikasikannya pada gerak yang sudah dibuat. 3. Mengenalkan rasa tenaga, guru dapat mengajak anak untuk berekspresi seperti raksasa yang marah, pangeran yang gagah, dan menjadi putri yang lembut; atau dapat berekspresi menjadi kuat seperti singa, atau menjadi kertas yang lemas melayang tertiup angin. Sehingga konsep tenaga yang telah dipahami, siswa aplikasikan pada gerak tari yang sudah dieksplorasi sebelumnya. 4. Mengenalkan rasa waktu pada anak dapat dilakukan melalui pengenalan tempo musik yakni cepat, sedang dan lambat melalui ketukannya yang berbeda. Misalnya, menyanyikan lagu “Lihat Kebunku” dengan tempo yang berbeda dan diekspresikan dengan tempo gerak yang sesuai. Pembelajaran unsur pendukung dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Tata Rias dan Kostum 19 Tidak mungkin sebuah pertunjukkan tarian menampilkan penari dengan kostum dan riasan seadanya. Pasti ada riasan khusus dan kostum yang sesuai dengan tarian dan karakter yang dibawakan oleh penari. Unsur ini mendukung terciptanya suasana tarian dan menyampaikan karakter serta pesan secara tersirat. rias dan kostum dalam pembelajaran kreatif pada awal pembelajaran dapat diperkenalkan dengan menstimulus siswa untuk merancang secara kreatif kostum dan rias sesuai dengan tarian yang mereka buat dari segi bahan, desain, warna, corak, dsb. 2. Setting Panggung Mengenalkan setting panggung melalui pembelajaran yang merangsang kreativitas siswa sangat diharapkan dalam kurikulum 2013, membangun konsep pemahaman siswa melalui berekplorasi aktif tentang setting tarian secara kreatif. misalnya saat membuat pertunjukan tari nusantara, siswa diharapkan dapat mengembangkan imajinasinya dalam membuat setting panggung yang sesuai dengan tema pertunjukan. 3. Properti Dalam praktik pembelajaran yang konstruktif, guru dapat menjadilan properti sebagai stimulus siswa dalam membuat gerak tari yang kreatif. misalnya siswa membuat kreasi tombak , selanjutnya guru meminta siswa untuk mengeksplor gerak-gerak tari yang kreatif dengan menggunakan properti tombak. kesimpulannya properti bisa menjadikan siswa terinpirasi dalam membuat gerak-gerak tari. Baik unsur utama maupun tambahan saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila unsur-unsur tersebut diperhatikan dan dipadukan dengan harmonis maka pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dapat tersampaikan dengan baik. melalui pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 dengan prinsip " biarkan siswa mencari tahu dahulu, sebelum guru memberi tahu yang sebenarnya", guru dapat mengemas pembelajaran dari hal yang kreatif menuju pembelajaran yang apresiatif, yakni memberi kesempatan kreativitas siswa berkembang dahulu, sebelum mereka belajar seni tradisi yang sebenarnya melalui pembelajaran apresiasi. Evaluasi dapat dilakukan selama proses 20 dan akhir, untuk mengobservasi bagaimana kemampuan berfikir kritis siswa, kreativitas, kemampuan berkerjasama, dan kemampuan mengkomunikasikan diri melalui karya tari. b. Jenis tari Ketika Anda melihat atau belajar tari, pernahkan Anda memikirkan pertanyaan mengapa banyak jenis tari yang tumbuh dan berkembang di Indonesia? dan faktor apa yang menyebabkan tumbuh dan berkembang jenis tari di Indonesia? Kegiatan belajar satu ini membahas jenis-jenis tari, akan membantu Anda mengenali berbagai jenis tari tradisional maupun tari non tradisional di Indonesia maupun manca negara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tari di Indonesia sangat banyak, para ahli tari mengklasifikasikan tari berbagai jenis tari dari sudut pandang yang berbeda-beda. Secara umum jenis tari dibagi dalam dua kategori yaitu tari tradisional dan tari non tradisional. Perhatikan baik-baik klasifikasi jenis tari dalam gambar 1.1 berikut ini : 21 Gambar 1.1 Klasifikasi Tari Indonesia diadaptasi dari jenis tari yang dikemukakan oleh Soedarsono. Fungsi Hiburan Upacara Tari Primitif Tontonan Tari tradisional Tari Rakyat Dramatik Tema Non Dramatik Tunggal Tari Klasik Bentuk Tari Berpasangan Jenis Tari Kelompok Hiburan Tari Kreasi Fungsi Baru Tontonan Sosial Tari Modern Pendidikan Tari non tradisional Terapi, dsb Tari Post Modern Dramatik Tema Non Dramatik Tunggal Tari Kontemporer Bentuk tari Berpasangan Kelompok 22 1) Tari tradisional Jenis tari tradisional adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang memiliki alam pemikiran tradisional cirinya percaya kepada kekuatan supranatural, percaya kepadamitologi, kekuatan binatang totem dan rohleluhur. Masyarakat tradisional taat mempertahankan pola hidup yang tergantung kepada alam dan meneruskan kebiasaan hidupnya secara turun temurun. Berdasarkan ciri masyarakat tradional tersebut, maka bentuk tarinya taat kepada aturan-aturan tari tradisional di setiap daerah, dan fungsi tari dikaitkan dengan keyakinan dan keperluan masyarakat setempat. Jenis tari di Indonesia yang termasuk dalam kategori jenis tari tradisonal adalah tari primitif, tari rakyat dan tari klasik. (a) Tari primitif Tari primitif adalah tari yang memiliki ciri bentuk gerak, iringan, rias dan busana yang bersahaja. Tari primitif ada di seluruh dunia pada waktu masyarakat masih hidup dalam jaman pra- sejarah, atau sekarang pada suku-suku pedalaman yang masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra-sejarah. Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi landasan seluruh aktivitas kehidupan suku-suku bangsa di pedalaman, sehingga tari primitif menjadi bagian penting disetiap upacara. Contohnya adalah tari Berburu dari Irian Jaya, memiliki ciri gerak yang bersahaja, menggambarkan seorang pemburu sedang menusuk-nusuk tombaknya dan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil buruan yang banyak, menggambarkan masyarakat Irian Jaya pada masa lalu pada waktu berburu. Tari Perang dilakukan oleh masyarakat Timorini yang dipercaya dapat mengusir wabah penyakit. Para penari dengan berbusana dan senjata lengkap, menari sambil bernyanyi dan berjalan berbaris keliling kampung dibarengi oleh penduduk yang hiruk pikuk (Indonesia Indah,1996). 23 Gambar 1.1 Tari Perang dari Irian Jaya. Sumber : http://kukau.blogspot.com/2016/11/contoh-tari-primitif.html (b) Tari rakyat Tari rakyat adalah tari hasil garapan rakyat yang memiliki ciri penyajian sederhana dan masih berpijak pada unsur budaya tradisional. Tari rakyat umumnya berbentuk tarian bergembira atau tari pergaulan (Soedarsono,1992: 97-99). Ciri koreografi tari rakyat gerak tarinya terlihat bersahaja, iringan tari dan rias busana berpola sederhana. Penyajian tari rakyat terlihat sederhana, mencerminkan kehidupan masyarakat yang bersahaja, masih tergantung pada alam, lekat dengan kebiasaan gotong royong. Contoh tari rakyat diantaranya tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Lenso dari Ambon, tari Ketuk Tilu dari Jawa Barat, tari Joget dari Bali, tari Gandrung dari Banyuwangi Jawa Timur, tari Kuda Lumping dari Jawa Barat dan tari Kuda Kepang dari Jawa Tengah. Contoh tari rakyat yang berfungsi untuk tontonan dan dilakukan berpasangan adalah tari Oleg Tamulilingan dari Bali, sedangkan tari rakyat dilakukan berkelompok contohnya tari Kecak dari Bali. Tidak hanya di Indonesia, hampir di belahan dunia memiliki tari rakyat. Di Eropa banyak sekali kita temukan jenis tari rakyat yang fungsinya untuk interaksi sosial. Gambar 1.2 Tari Gandrung dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sumber : https://www.timesjatim.com/read/20587/3/20170809/090514/tarigandrung-banyuwangi-semarakkan-hut-ke72-ri-di-istana-negara/ 24 Gambar 1.3 Tari Kecak dari Bali. Sumber : http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/08/tari-kecak.html (c) Tari Klasik Tari klasik adalah tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana dalam kalangan raja dan bangsawan, mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga memiliki nilai tradisi . Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yang mempunyai tata kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh aturan – aturan yang standar dan sangat baku. Contohnya: tari Bedhaya dan tari Srimpi dari istana Surakarta maupun istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari Bali (Soedarsono, 1992: 101-107). Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa, tumbuh dan berkembang di Italia, Perancis, Jerman dan menyeba rsampai ke Rusia. Gambar 1.4 Tari Bedhaya dari Surakarta Sumber : https://gateofjava.wordpress.com/2013/09/25/tari-bedhayakeraton-yogyakarta/ 25 Gambar 1.5 Tari Legong Keraton dari Bali. Sumber : https://dedotblog.wordpress.com/2010/10/04/tari-legong/ Tari tradisional di Indonesia memiliki tema bermacam-macam. Tari primitif biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan manusia. Tari rakyat biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan, serta ekspresi kegembiraan. Tari klasik biasanya bertema ungkapan filosofi masyarakat istana dan tema dramatik yang bersumber dari karya sastra, sejarah maupun babad. Tari tradisional yang memiliki cerita yang dilakukan oleh satu orang penari (tunggal), dua orang penari (berpasangan) dan beberapa orang penari disebut dengan tari tradisional bertema dramatik. Contoh tari tradisional tema dramatik dengan penari tunggal, diantaranya tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari Cirebon. Salah satu contoh tari dramatik berpasangan adalah tari Oleg Tambulilingan dari Bali. Tari dramatik yang berbentuk dramatari dan penarinya banyak, diantaranya Wayang Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Langendriyan dari Mangkunegaran Jawa Tengah, Langen Mandrawanara dari Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks candi Prambanan, Arje (Bali) dan Mak Yong (Riau). Tari non dramatik ialah tari yang tidak menyampaikan cerita atau drama, contoh: tari Pendet dari Bali, Joged dari Bali, tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Gending Sriwijaya dari Palembang, dan berbagai jenis tari klasik. 26 2) Tari Non Tradisonal Tari non tradisional adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang tidak taat kepada pola hidup dan kebiasaan turuntemurun dan memiliki pola hidup berciri modern. Oleh karena itu, bentuk tari non tradisional tidak taat kepada kaidah tari tradisional. Jenis tari non tradisional adalah tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer. (a) Tari kreasi baru Tari kreasi baru adalah jenis tari tradisional yang modifikasi menjadi bentuk baru. Ciri tari kreasi baru adalah pola dan unsur-unsur tari tradisional masih jelas terlihat, namun dibagian-bagian tertentu diberi bentuk baru. Modifikasi bentuk tari terlihat dari susunan gerak, variasi gerak, durasi waktu, ritme dan tempo iringan, atau tata rias dan busana atau unsur tari tradsional lainnya. Salah satu tujuan diciptakannya tari kreasi baru menurut Soedarsono (1992: 112-116) adalah menghasilkan tari tradisional yang dapat ditonton oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Faktor yang mendorong pemikiran pentingnya diciptakan tari kreasi baru karena banyak tari tradisional yang tidak dapat dilihat sewaktu-waktu karena penyelenggaraan tari tradisisonal biasanya terikat oleh aturan waktu, tempat dan peristiwa khusus. Contoh tari kreasi baru yang masih menggunakan unsur dan pola seni tari tradisional, diantaranya I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari Tamulilingan. I Nyoman Kaler pada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru. Tari Yapong dan tari Wira Pertiwi, tari kreasi baru yang diciptakan oleh Bagong Kussudiardjo, sebelumnya dirintis oleh I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari Tamulilingan. Lalu I Nyoman Kalerpada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru. (Soedarsono, 1992: 111-116). Tari Bajidor Kahot modifikasi dari tari Jaipongan, tari Sekar Jagat modifikasi dari tari penyambutan tamu seperti pendet 27 dan Payemgrame dari Bali, tari Lenggang Nyai modifikasi gerak tari cokek perempuan dan Kembang ronggeng modifikasi dari tari tradional Betawi dan tari kreasi baru lainnya yang masih menggunakan unsur dan pola tari tradisional. Gambar 1.6 Tari Kreasi Baru Bajidor Kahot dari Jawa Barat. Sumber : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-bajidorkahot-tari-kreasi (b) Tari modern Tari modern adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang mulai tahun 1890 dan berlangsung sampai dengan sekitar tahun 1945 an, ciri yang sangat menonjol dari tari modern adalah (1) tampilan gaya individu yang sangat kuat dalam karya tarinya; dan (2) adanya inovasi yang baru dalam tari modern. Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil kuat dalam karya tarinya. Ciri pertama dalam tari modern tersebut, didasari oleh pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri pemikiran yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis. Karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah orang-orang yang serius dalam memproduksi karya seni, karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang unik, sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri terhadap karya seni. Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari adalah tari tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat komunal seperti dalam tari tradisional, tetapi tari merupakan hasil kreasi dari individu koregrafer, sehingga menampilkan gaya individu sangat penting. Koreografer bebas memberikan 28 makna terhadap segala sesuatu yang menjadi sumber ide tarinya dan penonton bebas memberikan makna terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh satu makna yang unik seperti dalam tari tradional. Kebebasan memberikan makna itulah esensi dari ciri tari modern yang selama ini disebut dengan tari yang mementingkan kebebasan. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka salah satu ciri dari jenis tari modern adalah tari yang menonjolkan gaya individu koreografer. Tari modern muncul karena reaksi positif dari para koreografer terhadap gerakan modernisme pada jaman tersebut. Contohnya, Isadora Duncan seorang pelopor tari modern pada tahun 1890 di Amerika, ciri tarinya menekankan kepada spontanitas, Karya Lois Fuller pada tahun 1892 di Eropa yang memiliki ciri pada pemanfaatan lampu panggung dan peralatan tari. Lalu Ruth St. Denis pada tahun 1877 yang karyanya berkiblat kepada seni dan filsafat Timur. Kemudian kelompok Denis dan Shawn pada tahun 1914 menampilkan tema Timur dengan materi gerak gaya Spanyol dan Indian yang mempunyai ciri menyederhanakan teknik ballet dan mulai menemukan teknik tari modern. Selanjutnya muncul Mary Wigman dengan ciri konsep tari bahwa tari sebagai ekspresi seni mandiri tanpa musik.Martha Graham pada tahun 1960- an menciptakan tari gaya abstrak dan Alwin Nicoles menciptakan tari yang mempunyai ciri perpaduan suara, cahaya, properti yang aneh-aneh dan gerakyang menakjubkan (Soedarsono 1992: 120- 127). Ciri tari modern yang kedua adalah adanya inovasi baru dalam tari modern. Inovasi yang dilakukan oleh koreografer bermacam-macam, diantaranya inovasi dari aspek tema, teknikmenari, media ekspresi tema tidak hanya gerak tubuh, namun dikombinasi dengan gerakan benda, teknologi animasi atau hal baru lainnya. Tari modern tumbuh di Indonesia diawali dari kedatangan para seniman tari Indonesia yang telah menyelesaikan belajar tari modern di Amerika dan Eropa, antara lain Bagong Kussudiharjo, Wisnu Wardana, Sardono. W. Kusumo,I Made Bandem, I Wayan Dibia, Farida Faisol, Enoch Atmadibrata dan lainnya. Perkembangan tari modern di Indonesia di Indonesia telah menemukan ciri 29 khasnya yang terlihat ide dasar tari berasal dari budaya daerah setempat atau dari budaya lain, tema tari relevan dengan persoalan, situasi dan kondisi masyarakat saat ini, dan gaya individu sangat jelas terlihat pada tampilan koreografi. 3) Tari Postmodern Tari postmodern adalah jenis tari yang lahir pada abad akhir ke 20 atau sekitar tahun 1930 an seiring dengan lahirnya gerakan postmodernisme dibidang seni yang dipelopori oleh Fererico de Onis. Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian postmodernisme Graffin, Rosenau, Buidrillard, Lyotard, Giddens, Dowell dan Bob Hostetler Cliff, Al Gore, Harris, Foucault, Habermas, Rosenau, Eagleton (Lihat tautan postmodernis.bogspot.co.id). Intinya bahwa pemikiran postmodernisme merupakan tanggapan dan koreksi dari pemikiran modernisme. Ciri pemikiran postmodernisme adalah cara berpikir untuk menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya. Tari postmodern merupakan reaksi para koreografer yang mendukung gerakan posmodernisme yang memberikan koreksi kepada modernisme. Postmodernisme merupakan sikap dan rasa tidak puas koreografer terhadap modernisme yang mendorong pemikiran baru untuk keluar dari modern menuju masa baru yang disebut dengan postmodern (masa setelah modern), hasilnya berupa tari postmodern. Ciri-ciri tari postmodern adalah tema tari mengarah kepada kritik sosial, bentuk koreografi tidak terikat pola dalam tari modern, penyerhanaan bentuk dari elemen-elemen pendukung tari, namun ciri utamanya adalah visualisasi pemikiran postmodern yang mencerminkan pemikiran kritis terhadap kondisi ke dalam koreografi. (a) Tari Kontemporer Tari kontemporer adalah tari yang mencerminkan jiwa jaman saat ini. Jiwa jaman yang mutakhir. Ciri kekinian yang cenderung musiman karena mengikuti selera atau tren bentuk dan gaya hidup yang tercermin dalam food, fashion dan film, serta pemikiran-pemikiran yang sedang mutakhir berkembang di masyarakat 30 pada saat ini. Kontemporer berasal dari kata contemporary yang menunjukkan waktu sekarang, satu waktu atau zaman. Seni kontemporer menurut Fuad Hasan adalah seni yang menggambarkan zeitgeist atau jiwa masa kini. Umar Kayam menjelaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang menunjukkan daya cipta yang hidup dan kondisi kreatif dari masa terakhir (Sedyawati, 1981:122). Berdasarkan pendapat tersebut bahwa tari kontemporer terkait dengan ide, bentuk, gaya tari yang sedang populer dari masa terakhir. Contohnya saat ini telah masuk era disrupsi. Secara etimologi era disrupsi artinya hal yang tercabut dari akarnya. Ciri era ini adanya perubahan berpikir dari berpikir reduksionis (berpikir terlalu kecil dan sempit dalam menganalisis masalah), kepada berpikir kreatif yang kaya perspektif dan alternatif, serta melalui riset multidisipin dan transdisiplin (Gardiner, dkk, 2017:55-68). Maka, tari yang termasuk dalam tari kontemporer saat ini adalah tari yang mencerminkan pemikiran yang analitis terhadap suatu masalah, kreatif dalam solusi masalah berdasarkan hasil pendalaman atau riset dari berbagai sudut pandang keilmuan yang tercermin dalam tema, bentuk maupun isi koregrafi. Tari karya koreografer Indonesia yang masuk dalam kategori jenis kontemporer selalu berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya jenis tari yang berciri kekinian dari sisi bentuk, fungsi dan isi yang relevan dengan pemikiran, situasi serta hal-hal yang sedang mutakhir saja yang dapat masuk dalam kategori jenis tari kontemporer Contoh tari yang dianggap memiliki ciri kekinian pada sekitar tahun 1990 an adalah tari yang sumber inspirasinya dari budaya lokal, untuk mencerminkan situasi dan persoalan masyakat, dikemukakan dalam tari yang mencerminkan ciri khas gaya tari individu koreografer. Maka tari yang masuk dalam kategori tari kontemporer pada masa tersebut, diantaranya: adalah tari Legong Kontemporer oleh Bulantrisna Djelantik sumber dari budaya lokal Bali ; tari Akkarena oleh Wiwiek Sipala sumber inspirasi dari budaya lokal Sulawesi dan gerak tari Pakarena; Ambojo Imbau oleh Tom Ibnur sumber inspirasi dari budaya Minang; Bedaya Rara Mendut oleh R. Sambas Wirakusumah sumber inspirasinya dari budaya lokal Sunda; Cak Tarian Rina oleh Sardono W Kusumo sumber 31 inspirasi dari dramatari Bali atau budaya lokal Bali; Damarwulan oleh Retno Maruti sumber inspirasi dari budaya lokal Jawa Tengah, dan jenis tari kontemporen tahun 1990an lainnya (Direktori Seni Pertunjukan Kontemporer, 1999; 19-22). Pada dekade pertama tahun 2000 an jenis tari kontemporer yang berkembang adalah kolaborasi antara hip hop dengan tari tradisi. Pada dekade ke dua tahun 2000 an, jenis tari kontemporer yang berkembang adalah tari yang cenderung kepada Korean Pop (K-Pop), cirinya menitik beratkan kepada ritme gerak dan gerakan yang unik, misalnya variasi gerak kaki sehingga mudah diingat dan diikuti. Kesan intertaiment sangat kuat dalam tari jenis ini. Dalam K-Pop tari merupakan unsur penting dalam musik group vokal baik boyband maupun gilrband. Untuk memperoleh penjelasan ciri tari K-Pop, silahkan Anda lihat dalam tautan : Selain jenis tari yang cenderung kepada K-Pop pada dekade kedua tahun 2000-an saat ini juga berkembang jenis tari yang memanfaatkan teknologi tata pentas yang canggih misalnya dengan menggunakan efek sinar laser sebagai bagian penting dalam konsep tari. Berdasarkan contoh-contoh tari kontemporer yang kekinian pada masanya tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa tari kontemporer akan berbeda dari waktu ke waktu, mengikuti kecenderungan yang sedang digemari oleh masyarakat pada masa kini. Pembahasan kedua merupakan unsur-unsur yang ada pada tari. Unsur-unsur yang ada pada tari terdiri dari unsur utama dan unsur pendukung. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang unsur-unsur yang ada di dalam tari, baik unsur utama maupun unsur pendukung tari. Oleh karena itu, unduh dan simak baik-baik materi tentang unsur-unsur tari dalam file pdf berikut ini. Jenis Tari dan Pembelajarannya Mengenalkan jenis tari dalam pembelajaran dikelas dapat dilakukan melalui pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill, yakni melalui tahapan 32 menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, siswa diarahkan secara aktif memiliki kemampuan berfikir kritis melalui kegiatan pembelajaran yang mendukung pada kemampuan tersebut. Contohnya : Siswa diminta untuk menganalisis sebuah tari tradisional dari ciri-ciri yang melekat pada jenis tari seperti ide tarian, tema, kostum, gerak, tempat penyajian dsb, (memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunannya dan mendeteksi bagaimana hubungan antar bagian tersebut dan hubungannya dengan keseluruhan, struktur dan tujuan ): membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan. misalnya siswa diajak untuk menemukan berbagai keunikan dari sebuah sajian tari pada sebuah peristiwa dilihat dari unsur utama dan pendukung tariannya. Selanjutnya Mengevaluasi (membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar): mengecek, mengkritik. Pada bagian ini siswa membuat deskripsi dari hasil identifikasi mereka berupa pernyataan-pernyataan yang kritis tentang apa yang mereka temukan dan mencoba membuat keterhubungan antar berbagai aspek tentang jenis tari tersebut. Dan akhirnya Mencipta (memadukan berbagai elemen untuk membentuk sesuatu yang baru, koheren, atau membuat produk yang orisinal); merumuskan, merencanakan, memproduksi. Pada bagian ini siswa dapat membuat tulisan tentang apa yang mereka lihat berdasarkaan data, bahkan sampai pada menghasilkan sebuah karya tulisan, atau karya seni yang lainnya khususnya karya seni tari. c. Teknik Tari Teknik tari merupakan cara melakukan gerakan, teknik diperlukan sehingga sebuah tarian dapat terlaksana dengan indah dan dan luwes dalam penampilannya. Dallam tari tradisi merupakan teknik gerak dasar tari adalah dasar untuk mengeksplorasi keanekaragaman gerak yang dapat dirangkai menjadi sebuah tarian. Seorang penari harus menemukan teknik yang benar dalam mengespresikan gerak sehingga menghasikan tampilan gerak yang tidak hanya indah tapi juga khas. Indonesia terdiri dari banyak suku sehingga melatar belakangi beragam jenis tari dan kekhasan teknik dari berbagai gerak tari yang ditampilkan, seperti teknik keterampilan dalam pengolahan gerak tangan, kaki, kepala, bahu, torso, ataupun 33 yang lainnya. Dan setiap tarian daerah memiliki perbedaan teknik dan tampilan geraknya. Hal tersebut yang menjadikan teknik gerak dan prosesnya sama tetapi memiliki perbedaan. Berikut ini beberapa tarian nusantara yang memiliki teknik gerak yang dimaksud. 1) Tari Saman Tari Saman merupakan sebuah tarian suku Gayo, berasal dari Aceh dan biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Gerakan Tarian saman menitikberatkan pada keterampilan gerak tangan. Ada dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: (a) Tepuk tangan (b) Tepuk dada ; ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, lalu menghadirkan kembali lewat gerak-gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti : • Gerak guncang • Kirep • Lingang • Surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). 34 GAmbar 1.22 Teknik Gerak Tari Saman. (Sumber :http://senangberbagi98.blogspot.com/2017/09/materi-tari-samansejarah-gerakan.html) 2) Tari Randai Tari Randai tercipta dan dimainkan oleh anak-anak muda di sebuah pada awalnya di perguruan silat. Pada mulanya, anak laki-laki di Minangkabau harus mampu membeladiri dengan mempelajari ilmu beladiri yang disebut silat. Gerakgerak silat, yang disebut juga pancak inilah yang menjadi teknik dasar gerak Tari Randai dan bila dilakukan pengulangan akan terasa cukup ritmis dan dinamis, sehingga jika distilir akan nampak lebih indah, bahkan menyerupai sebuah tari. Gerak-gerak tersebut dilakukan secara melingkar, dan membentuk rantai pertanda kekompakan. Semua pemain mengenakan celana latihan silat yang disebut galembong, sehingga ketika celana galembong tersebut ditepuk secara serentak akan menimbulkan bunyi yang khas, bagaikan deburan ombak di pantai. GAmbar 1.23 Teknik Gerak Tari Randai. (Sumber : https://www.boyyendratamin.com/2013/07/randai-kesenian-tradisiminangkabau.html) 3) Tari Topeng Tunggal Tari Topeng Betawi merupakan sebuah tarian adat oleh masyarakat Betawi yang selain difungsikan sebagai hiburan, dahulu juga dipercaya dapat menjauhkan dari malapetaka. Tari Topeng Betawi adalah salah satu sajian dari rangkaian pertunjukan Topeng Betawi yang didalamnya menggabungkan beberapa unsur seni, yakni musik, tari, lawak dan lakon. Di masa-masa awal, kesenian ini dipertunjukkan dengan cara berkeliling “ngamen” dengan lebih menitik-beratkan 35 pada unsur tari. Teknik gerak Tari Topeng Betawi yang merupakan sikap dalam melakukan gerak-gerak Tari Topeng adalah Adeg-adeg yang merupakan posisi siap dalam menari, dari posisi adeg-adeg penari akan melaukan gerakan lainnya. Sikap Adeg-adeg pada Tari Topeng : Tumit bertemu, berjarak 1 kepal (membentuk garis lurus), lutut di tekuk, rendah/terbuka, Badan condong kedepan. Tari Topeng Tunggal mempunyai keunikan karena dikatakan Topeng Tunggal tetapi dalam pelaksanaan penampilannya menggunakan tiga karakter kedok atau topeng yang berbeda dengan cara bergantian. Tari Topeng Tunggal memakai tiga karakter kedok atau topeng yang ditarikan oleh seorang penari Topeng Betawi dengan membawakan tiga karakter yang berbeda yaitu Panji, Samba, dan Jingga. Gambar 1.24 Teknik Gerak Tari Topeng. (Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=B82BFXnWdp8) 4) Tari Legong Lasem Tari bali khususnya Tari Legong Lasem memiliki teknik-teknik dasar tari Bali yang harus dikuasai, terdapat sikap anggota tubuh yang khas dalam Legong Lasem contohnya pada gaya tari Legong Lasem daerah Peliatan yaitu gerak ngelayak (kayang), agem yang melengkung, sikap tangan yang lebih sempit, dagu yang diangkat, bahu dan belikan yang terkunci, angsel yang tersendat dan gerakan yang bergetar. Diperlukan sikap kedisiplinan yang tinggi untuk dapat menguasai Tari Legong Lasem. 36 Gambar 1.25 Teknik Gerak Tari Legong Lasem. (Sumber : https://www.antarafoto.com/mudik/v1498050005/legong-lasem-klasik) 5) Teknik Tari Non Tradisional Shuffle Dance Shuffle Dance atau yang kita sebut Tari Shuffle merupakan tarian yang berasal dari Australia. Tari yang termasuk kategori Tari Modern ini sedang digemari anak muda masa kini. Shuffle Dance lebih mengutamakan gerakan kaki yang unik dan atraktif. Ada beberapa dasar gerakan kaki yang sering dipakai dalam Shuffle Dance. Gerakan tersebut antara lain : • RunningMan Gerakan berlari di tempat namun tidak berpindah serupa dengan orang sedang berlari namun dengan menggunakan kecepatan yang teratur. • Shuffle Yaitu gerakan pengembangan dari Running Man dengan berpindah ke kanan kiri atau depan belakang di ikuti dengan hentakan kaki. • GlideSpin Yaitu gerakan seperti Running Man dan Shuffle dengan penambahan gerakan seperti meluncur dan memutar tubuh. 37 Gambar 1.26 Teknik Gerak Shuffle pada shuffle Dance. (Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2019/01/20/20355601/kepalasekolah-di-china-ajak-para-murid-menari-shuffle-dance?page=all) Break Dance Break Dance adalah gaya tari jalanan yang muncul sebagai bagian dari gerakan hip hop diantara African American yang dilakukan di bagian selatan New York City pada tahun 1970-an. Pada Umumnya tarian ini diiringi lagu hip hop, rap, atau lagu remix (lagu yang sudah di aransemen ulang). Break Dance memiliki macam-macam gerakan dasar/basic seperti top rock/up rock, footwork, freeze dan power moves. Penari Break Dance harus bisa menguasai seluruh element gerakan dalam Break Dance. Salah satu gerak dasar dalam Break Dance adalah Freeze, freeze adalah menahan gerakan dengan pose yang bagus. Freeze, membutuhkan kekuatan tubuh penari untuk menahan dirinya, dengan pose seperti Handstand. Gambar 1.27 Teknik Gerak freeze pada Break Dance. (Sumber : http://lazerseven.blogspot.com/2014/07/teknik-melakukan-baby-freezedalam.html) 38 Teknik gerak dan pembelajarannya Pada materi teknik gerak, pembelajaran dapat diarahkan dengan 2 tahap, yakni tahap kreativitas yakni siswa distimulus untuk mengenali tubuh mereka sebagai alat gerak, kemudian diminta untuk mengesplorasi beragam gerak dengan teknik yang berbeda, misalnya gerak kepala dengan berbagai teknik gerak yang berbeda. Secara berkelompok siswa diminta untuk merangkai gerak yang dibentuk dari teknik gerak. Siswa sampai bisa menyimpulkan perlunya teknik gerak yang tepat dalam menghasilkan gerak utuh yang tidak hanya indah tapi juga tidak mengganggu. Pada tahap berikutnya siswa diarahkan pada tahap apresiasi, secara berkelompok ataupun individual mereka diminta untuk menyaksikan tarian tradisional dan kontemporer untuk menganalisis perbedaan teknik gerak yang ditampilkan pada tarian dari gerak tangan , sikap tubuh, gerak kaki. Dari gerak yang dianggap mudah sampai yang paling sulit. Setiap kelompok bisa semakin mengembangkan perbendaharaan gerak yang mereka tampilkan. Aspek penilaian dapat dilihat dari kemampuan berkreativitas dalam menemukan ide gerak, kemampuan bekerjasama untuk mengekspresikan karya, dan keindahan gerak yang ditampilkan. Dalam hal ini guru memiliki kebebaskan untuk mengembangkan format penilaian yang komprehensif dan bijak. Tugas Akhir KB 1 Amati satu jenis tari yang Anda unduh dari Youtube!. Buatlah kajian tentang tari yang Anda amati dalam bentuk makalah. Makalah dibuat dalam 1200- 2200 kata, dengan sistematika dan komposisi berikut ini: a. Pendahuluan Penjelasan tentang nama tari dan mengapa Anda memilih jenis tari tersebut untuk dibahas dan jelaskan kelebihan tari Anda bahas (150-200 kata) b. Pembahasan 1) Deskripsikan jenis, fungsi, simbol dan makna tari (300-600 kata) 2) Penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan jenis, fungsi, simbol dan makna tari memiliki ciri yang berbeda dengan tari lainnya (300-600 kata) 39 3) Penjelasan tentang keunikan atau keunggulan tari (300-600 kata) c. Kesimpulan Tulislah kesimpulan dari pembahasan secara ringkas (150-200 kata) d. Daftar Pustaka (Pustaka yang relevan untuk pembahasan minimal 5 buku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar